David Jacobs meninggal dunia pada hari Jumat (28/4/2023). Semasa hidup dia terkenal dengan kepiawaiannya bermain tenis meja dan langganan menyumbang medali untuk Indonesia di berbagai event.
Namun kepergiannya menyisakan luka mendalam bagi orang-orang yang sangat dekat denganya. Apalagi, kepergiannya cukup mendadak lantaran David sebelumnya pergi untuk mengurus keperluannya ke Slovenia, guna mengikuti kejuaraan tenis meja.
Kepada pewarta, keluarganya mengungkapkan jika semasa hidup David adalah orang yang sangat sayang keluarganya.
Sebagai kakak kandung David Jacobs, Pierre Jacobs, mengatakan secara pribadi memuji adiknya tersebut. Selain paling sayang dengan orang tuanya, terutama sang ibu. David juga memiliki kekuatan melalui tangannya yang tak dimiliki orang lain.
Baca juga: Atlet RI David Jacobs Akan Dimakamkan di TPU Kampung Kandang |
“David itu pendiam sebenarnya cuma apa yang dia tahu, dia bisa bicara memang. Cuma dia pendiam, bersama keluarga bicara secukupnya tapi sangat bermakna,” Pierre mengenang adiknya tersebut.
“Hal-hal rohani sangat diperhatikan, kebutuhan saudara-saudaranya juga sangat ia perhatikan. Kalau ada yang membutuhkan bantuan maka dia tak akan segan membantu, dan selalu itu.”
“Dan satu hal yang saya salut dari dia, dia selalu sayang dengan mama kita. Semua sayang (mama), tapi dia itu hampir setiap hari telepon, tanya kabar, dan rutin. Kita bisa saja kunjungi mama sekali-sekali. Saya merasa David itu bagi saya saudara tertua dalam percontohan hidup. Jadi walaupun paling bungsu tapi kualitasnya memang menyatukan keluarga,” ujarnya.
Pierre menjelaskan kedekatan David dengan sang mama memang tak lepas karena dari sejak kecil selalu bersama.
“Paling dekat karena dari dulu tangannya itu memang dari kecil punya cacat. Dan dari dulu mama antar dia ke rumah sakit untuk diterapi, jadi memang kedekatan dengan mama luar biasa,” dia mengungkapkan.
Baca juga: CCTV Menunjukkan Atlet David Jacobs Sendiri Selama di Stasiun Gambir |
Torehan Emas David Jacobs
Sejak kecil, David mengalami keterbatasan fisik pada bagian tangannya. Namun, keterbatasan itu justru sukses diubahnya menjadi kekuatan. Ia menjelma jadi atlet paratenis meja andalan Indonesia, bahkan hingga akhir hayat.
Dia berpartisipasi pada SEA Games pertamanya pada tahun 2001. Berduet dengan Yon Mardiono, mereka memenangkan satu-satunya medali emas Indonesia pada pertandingan tenis meja SEATTA di Singapura.
Pria kelahiran Ujung Pandang, 45 tahun silam itu, juga tampil di SEA Games Vietnam (2003), Filipina (2005), dan Thailand (2007). Pada 2008, David menjadi pelatih untuk tim Tenis Meja Indonesia dan pada tahun 2009 dia bertanding di SEA Games di Kuala Lumpur.
Di level Asia, David yang turun di kelas TT 10 para tenis meja juga memiliki prestasi gemilang. Ia bersama Komet Akbar sukses meraih medali emas Asian Para Games 2018 usai mengalahkan ganda Korea Selatan Shin Seung-weon/Jung Sukyon.
Baca juga: Atlet Paratenis Meja RI David Jacobs Meninggal Dunia |
David Jacobs juga tercatat mencatatkan diri sebagai peraih medali perunggu bagi Merah Putih di Paralimpiade, yakni Paralimpiade 2012 London dan Paralimpiade 2020 Tokyo.
Kekuatan tangannya tersebut pun cukup membuat Pierre paling berkesan. Sampai-sampai ia menuliskan buku tentang adiknya tersebut berjudul “The Story of David Jacobs Weak Hand Iron Will“.
“Saya itu paling suka pegang tangannya David. Tangannya sebenarnya satu keajaiban. Walau tangan dia seperti itu, tapi dari situ, bagi saya itu yang menjadi kekuatan dia,” kata Pierre.
“Kadang-kadang kita bisa melihat kelemahan itu sebagai kelemahan yang malu hati atau bagaimana. Tapi David menyadari itu cukup lama, bahwa ini kekuatannya, walaupun itu bagian dari kelemahan dia,” tambahnya.
Baca juga: Duka Menpora Dito untuk David Jacobs: RI Kehilangan Pahlawan Bangsa |
(mcy/krs)